Selasa, 24 Februari 2009

wawancara dengan kedubes palestina di indonesia

Sambil mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya atas perhatian bangsa Indonesia atas tragedi yang menimpa rakyat Palestina, Duta Besar (Dubes) Fariz Mehdawi berharap agar dukungan kepada bangsanya tidak sekadar meneriakkan kecaman dan makian kepada Israel. "Bantuan juga bisa berupa tindakan untuk membantu rakyat membangun negara dan pemerintahannya," kata Mehdawi kepada VIVAnews di ruang kerjanya, Selasa 30 Desember 2008.

Selain itu, rakyat Palestina tidak perlu tambahan relawan untuk berjibaku dengan tentara Israel. Dukungan dapat diwujudkan dengan membantu rakyat Palestina melalui berbagai cara yang bisa meningkatkan penghidupan mereka, bisa sebagai turis maupun sebagai pengusaha.

Berikut seri ketiga (terakhir) wawancara VIVAnews dengan Duta Besar Mehdawi.

Perlukah Indonesia mengirim sukarelawan untuk ikut berjuang di Palestina?

Kalian harus yakin bahwa kami punya keberanian. Kami punya cukup orang yang mau siap mati. Sebenarnya kami tidak ingin kalian mati. Kami tidak ingin mati. Kita berjuang untuk hidup, kita tidak berjuang untuk mati.

Tentu kami tahu bahwa ketika kami mati, kami tidak takut karena kami tahu kemana kami akan pergi. Tuhan akan menerima kami sebagai martir di surga. Apa yang sebenarnya kami lakukan adalah membela diri karena Tuhan menyuruh kami untuk membela diri.

Dalam Islam, dalam Kristen, kita tahu bahwa kalau kita diserang, kita punya hak untuk membela diri. Itulah yang dilakukan Palestina. Kami tidak berada dalam sebuah perang. Bayangkan bila seluruh umat muslim di dunia bertempur bersama-sama, maka konflik ini telah lama usai karena umat muslim sangat banyak.

Tidak ada permusuhan antara Yahudi dan Muslim. Umat Yahudi sepanjang sejarah telah menikmati hidup nyaman. Mereka hanya mengalami masalah ketika mereka berada di Eropa, bukan di negara-negara muslim. Kami mempunyai konflik dengan Israel yang tidak menghargai hak-hak dan kemerdekaan Palestina. Itu saja.

Dan kami akan menggunakan forum internasional untuk menyelesaikan masalah, bukan dengan bertemu di medan peperangan dan berkampanye mengobarkan perang. Tidak perlu sukarelawan. Untuk mencapai perdamaian, kita dapat melakukannya melalui tekanan, dengan menggunakan sumber-sumber ekonomi.

Kami bisa menggunakan kamera dan media untuk memberi gambaran pada orang luar apa yang sebenarnya terjadi di Palestina dan memberi pencerahan bagi mereka yang belum familiar dengan situasi dan belum memahami situasi di sana.

Belum banyak orang yang tahu seperti apa Palestina sebenarnya. Beberapa orang berpikir bahwa terdapat begitu banyak perbedaan di antara warga Palestina sehingga sulit mencapai perdamaian. Itu tidak benar. Kami punya demokrasi dan perbedaan. Dan kami tidak sungkan membicarakannya. Perbedaan antar warga Palestina adalah perbedaan tentang bagaimana jalan terbaik untuk meraih hak-hak kami, bukan tentang siapa melawan siapa. Jadi kami tidak bertikai karena kekuasaan dan sumber daya.

Tugas kami sebagai diplomat adalah menghubungkan orang dan publik jadi tahu bagaimana cara bekerja sama dengan orang lain. Kami berencana membawa pelajar Palestina untuk belajar bersama pelajar Indonesia di universitas. Yerusalem telah dinyatakan sebagai ibukota kebudayaan Arab untuk tahun 2009.

Dan kami mendorong warga Indonesia untuk mengunjungi Palestina, untuk melihat Al-Aqsa, untuk melihat tempat suci, kami mendorong pariwisata di Palestina. Jadi kedutaan membantu menyediakan jalur kerja sama, pertukaran pendidikan, pariwisata, kerja sama, ada ekspatriat yang akan dilatih di sini, dan kita harus bekerja sama di bidang bisnis.

Kenapa kita tidak menemukan produk Palestina di pasaran? Apakah kalian kira Palestina tidak memiliki komoditas? Padahal kami adalah produsen minyak zaitun terbaik.
Tetapi kenapa tidak ada produk Palestina di sini? Jadi saya berseru kepada komunitas bisnis untuk ikut berperan. Jadi membantu Palestina bukan hanya dengan berbicara dan berdemonstrasi.

Kami ingin melihat emosi yang sebenarnya dari warga Indonesia. Kami tahu bahwa tiap kali mereka melihat kekerasan terhadap Palestina, mereka akan selalu bertanya "Apa yang bisa kami lakukan?" Saya sarankan pada kalian, jika kalian adalah pebisnis, kenapa tidak mengimpor produk dari Palestina, itu akan membantu para produsen Palestina untuk tetap hidup dan kuat dalam menghadapi situasi seperti sekarang ini.

Jika kalian adalah mahasiswa, kenapa tidak memberi usul agar mahasiswa Palestina diberi beasiswa untuk datang ke Indonesia dan menyelesaikan studi pasca sarjana dan spesialisasi? Jika kalian mampu dan ingin berwisata, daripada pergi ke Singapura, berkunjunglah ke Palestina.

Kalian akan membantu kami. Jadi kami sarankan, kunjungilah Yerusalem, Bethlehem. Tahun ini kami mendapat 1,2 juta turis. Kami harap bisa meningkat menjadi 2 juta turis. Karena tiap satu turis apabila ia mengeluarkan seribu dolar selama kunjungannya, itu akan menjadi 2 juta dolar bagi perekonomian kami.

Bahkan jika kalian adalah warga Indonesia biasa, seperti petani, kalian bisa membantu. Di sana, Israel membabat pepohonan, menghancurkan rumah, menghancurkan mata pencaharian warga. Kami mempunyai program bagi warga Indonesia yang ingin menanam sebatang pohon di tempat yang dihancurkan Israel.

Ini akan membutuhkan biaya. Akan ada sertifikat yang menerangkan bahwa ini adalah pohon yang akan ditanam di tempat itu. Ada program yang disebut "Plantation for Peace".

Contohnya, ini adalah pohon untuk warga Yerusalem. Kedutaan Palestina siap berdiskusi dengan warga Indonesia yang ingin membantu. Tapi apa yang telah dilakukan warga Indonesia juga amat kami hargai, karena ditangkap dengan baik oleh kamera dan memberi pesan kuat kepada Israel dan mereka yang mendukung Israel bahwa "kami tidak mendukung Israel melakukan tindak kekerasan" tanpa mengecam. Jadi mengecam itu penting, tapi bukan satu-satunya cara. __________________
"The meaning of life is to give life meaning"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar